Posted by : Unknown Rabu, 06 November 2013

Met Siang Semua, Kali ini Blog Zainal Ma'ruf akan ngepost "Baca Komik Bleach Chapter 556 [Versi Teks]" Gausah basa-basi lagi :


Komik Bleach Chapter 556 [The Wolfsbane]
Teralih kembali pada pertempuran di tanah Seireite. Pusat Soul Society yang kini sudah berubah pemandangannya. Tak ada lagi bangunan-bangunan kuno ala Jepang, semuanya telah ditindas oleh bangunan-bangunan tinggi ala Eropa. Walau serasa di rumah sendiri, tidak meragukan hati para Quincy untuk mengamuk, sama sekali tidak. Setiap menit, bisa terdengar ledakan yang tercipta dari serangan musuh. Setiap detik terdengar teriakan para shinigami yang mencoba mempertahankan wilayah miliknya.

Di sudut Seireite, bukan di tempat Hitsugaya pernah beradu pedang dengan Quincy, bukan di tempat Sui Feng meluncurkan Shunkonya. Melainkan di tempat yang tak jauh dari Hirako dan Kommamura menghentikan seorang gadis kecil yang mengamuk, Bambietta. Tiga pasang mata sedang menyaksikan pertempuran itu. Menyaksikan Bambietta yang melayang-layang dengan sayap reishinya.

“Ups. Sayapku keluar.” Ucap seorang perempuan, yang sepertinya tidak tertarik untuk mengintip pertarungan temannya. Tidak seperti Giselle, Liltotto maupun Meninas di depannya.

Gissele yang ada di depannya menoleh, tertarik mendengar ucapan Candice. “Iya ya? Kamu bisa pakai Vollstandig?”

“Yaa pakai saja sana. Aku malas, bikin capek aja.” Ucap Gissele menambah, kepalanya kembali mengintip pada Bambietta yang tak jauh dari pandangannya.

“Siapa juga yang mau pakai!” Bentak Candice.

“Kelihatannya Bambietta-chan sedang menggunakannya.” Sambung Meninas yang juga berada di sana.

Litotto juga ikut bergabung. “Ya jelas. Sudah dia pakai dari tadi. Dia kan marah gara-gara kita menghilang.”

“Eh... Bambi-chan menggunakan Vollstandig?” Tanya Giselle denial. “Seram... kalau orang seperti Bambie-chan menggunakan itu—”

“—Dia 'kan bodoh. Pertarungannya akan berakhir cuma dalam sedetik.” Imbuh Candice sambil memicingkan matanya, ingin melihat pertempuran di depannya lebih seksama lagi.

Bambietta sendiri terlihat begitu senang, bibir tipisnya terbuka seraya menunjukkan gigi-gigi putih yang tumbuh secara teratur. Suara tawanya membahana, seolah tidak pernah kesal hati sebelum ini, setelah ditinggalkan oleh teman-temannya.

Dalam satu kibasan, sayap yang mekar dibalik punggungnya itu mengepak pelan, menciptakan butir-butir kecil yang menyebar ke seluruh sisi Bambietta. Salah satu butir kecil itu, tepat mengenai dada Shinji. Iya, memang hanya sebuah bola reishi berukuran kecil, tapi, ledakan yang diciptakan tidak sekecil ukurannya. Tubuh sang Gobantai Taichou itu terpental, mendarat menghantam tanah Soul Society. Tubuhnya tidak bergerak, tidak dia belum mati, dia hanya tidak berdaya setelah menerima ledakan maha dahsyat itu.

Di sekelilingnya, benda-benda yang sama juga ikut menimbulkan ledakan serupa di saat bola reishi itu menghantam tanah, menyentuh bangunan, dimanapun benda itu mendarat, sebuah ledakan pasti terdengar dengan begitu jelas.

“Terus kenapa kalau semuanya jadi terbalik? Cuma tipuan murahan! Payah!” Teriaknya tanpa menghilangkah tawa puas di bibirnya. “Kalau aku tak bisa paham mana yang atas dan mana yang bawah, biar kuledakkan saja semuanya. Jauh lebih cepat dengan—”

“—The Explode!” Sayap sucinya kembali mengepak, membawa tubuh kecil sang gadis terbang lebih tinggi lagi. Dan dengan sebuah kepakan ringan, bola-bola reishi kembali keluar dari sayapnya, turun menghujani tanah Seireite, tak terkecuali ke arah Hirako yang masih terbaring tak berdaya. Gadis berambut hitam ini agaknya tidak bercanda dengan ucapannya saat marah tadi. Dia seolah menegaskan kalau kemampuannya bisa menghancurkan Seireite dalam waktu yang sangat singkat.

Ledakan beruntun kembali terdengar memecah telinga. Bola-bola api kembali terpantul dari manik hitam Bambietta. Mulutnya semakin sumringah untuk tertawa, seolah mengatakan; tak ada lagi lawan yang bisa menandinginnya sekarang. Ah, seolah kesenangannya baru saja terampas, matanya membelalak sedikit kaget. Hirako Shinji, sosok tak berdaya yang seharusnya sudah terlahap oleh ledakan itu ternyata masih terbaring dengan tubuh utuh. Pikiran perempuan puda itu langsung menduga dengan tepat. Siapa lagi kalau bukan sosok serigala berhelm yang sempat dia hina tadi.

Mulut Bambietta kembali menyimpul senyum girang, bagaimana dia bisa lupa kalau dia masih punya mainan yang lebih bagus dari dari seorang Gobantai Taichou yang cuma cukup dengan sekali serang.

“Taichou!!”

Tapi, tamu tak diundang datang. Tepat di saat perempuan itu ingin melayangkan sebuah serangan serupa, suara seorang perempuan dari sisi yang berlawanan dengan komamura berdiri di bawahnya.

“Kau fukutaichou-nya siapa, Si Guguk?” Sama sekali tak terdengar rasa takut dari setiap baris ucapannya. Justru dia terlihat begitu senang, kedatangan seorang lagi sebagai pelampian marahnya pada teman-temannya. “Atau si orang mati?”

Ucapannya yang terakhir membuat Hinamori semakin panas, bukan karena ledakan yang tercipta di sana, melainkan ucapan gadis Quincy yang seolah membakar hatinya. Menyulut marah yang sudah dia tahan sedari tadi. Namun, sebelum Hinamori mengayunkan Tobiume-nya, Komamura Taichou sudah berada di depannya, langkah cepat sang Taichou langsung membawa tubuh kecil Hinamori ke sisi Hirako, sang Taichou.

Dia ingin berontak, tapi setelah melihat ledakan besar yang tercipta tepat dia berada tadi, membuat wajah sang Gobantai Fukutaichou ini lesu, langsung mengerti mengapa Komamura Taichou menyeretnya seolah dengan paksa seperti tadi.

“Kau terlalu terburu-buru, Hinamori-fukutaichou!” Ucap Komamura Taichou serius. “Ledakannya bukan sesuatu yang bisa ditandingi Tobiume. Dan tanpa zirah atau tameng, kau tak bisa melindungi dirimu!”

“Melindungi diri?” Ucap Bambie mengikuti ucapan Komamura, mengejek niatnya. Perempuan ini sudah berada tepat di belakang Komamura, entah bagaimana, sepertinya kecepatannya bisa mengimbangi Shunpo sang Shicibantai Taichou“Omonganmu seakan-akan ember di kepalamu itu bisa melindungimu.”

Komamura langsung mengayunkan zanpakutou tersegelnya ke arah Bambie. Bukan kejutan besar bila Bambi bisa mengelak dengan mudah. Dia langsung terbang dengan mulutnya yang kembali terkekeh remeh. Walau begitu, dia masih berniat untuk mencoba sejauh mana kekuatan ember yang melindungi kepala Komamura itu. Lagi, entah untuk ke berapa kalinya, sayapnya mengepak meluncurkanbola reishi tak besar. Tepat ke arah Komamura—yang disisinya juga berdiri Hinamori dan dibawahnya Hirako masih meringis kesakitan.

“Tak boleh sampai kena. Aku harus menghindarinya!” Gumam Komamura. Lengannya sudah bersiap menerima reishi ledak itu. “Cuma ada sepersekian detik jarak antara benturan dengan ledakan itu dan ledakan sesungguhnya—”

“—dengan zirah yang bisa menghentikan benturan ledakan dan tubuh yang bisa melibas ledakan itu, aku bisa menepis ledakannya!”

Ledakan besar kembali terdengar. Komamura menerima ledakan itu dengan telak, laiknya yang diterima oleh Hirako tadi. Tapi, pelindung yang melekat dibadannya, membuat taichou satu ini tak bernasib sama dengan Hirako. Dia masih berdiri, tegak. Walaupun pelindung di tangannya hancur, bahkan luka bakar membekas di bulu-bulu serigalanya.

“Wah wah Lumayan juga.” Ucap Bambie tidak kecewa. Mulutnya malah lebih sumringah tersenyum, seolah dalam pikirannya; ini baru namanya mainan. “Kau merasakan ada yang salah saat berbenturan dan menggeser kepalamu ya? Anjing pintar. Insting hewani ya?”

Komamura hanya terdiam. Apa yang dikatakan oleh Bambie tepat seperti yang dia rasakan. Dia hanya menambahkan kewaspadaan dirinya.

“Memang ledakanku tak bisa ditangkis.” Tambah Bambie. “Aku bukan menembakkan bom reishi. Tapi segala hal yang menyentuh reishi yang kutembakkan berubah menjadi bom.”

Hinamori yang masih tersadar, langsung tercengang dengan ucapan sang musuh. Baru menyadari bila ucapan Komamura Taichou tadi memang benar. Ledakan itu memang bukan tandingan bola api Tobiumenya. “Mustahil...” Mulutnya hanya tergugup. Serasa dirinya tidak berguna, bahkan kedatangannya hanya membuat Komamura Taichou terbebani.

Si Sternritter E, Bambietta, justru sebaliknya. Wajahnya semakin girang. Sayapnya kembali mengepak pelan, membawa tubuh kecilnya meliuk-liuk di udara, bermanuver lainnya kapal militer yang dikemudikan oleh sang ahli. Terakhir, tubuhnya membumbung tinggi. Merasa ketinggiannya sudah cukup, sayapnya berhenti mengepak, alih-alih menurunkan posisi tubuhnya. Justru sang gadis kembali menghujani Komamura dengan bola-reishi-peledaknya.

“Hinamori-fukutaichou, tetap di belakangku!!” Perintah Komamura, tegas. Dia punya rencana, tentu saja. Hinamori hanya bisa mengikuti perintah shinigami yang pangkatnya lebih dari dirinya itu. Ledakan kembali terdengar. Kali ini jauh lebih besar, seakan Bambietta memang bisa mengatur daya ledak yang bisa dia ciptakan.

“Gimana?” Ejek Bambie. “Kau belum mati 'kan cuma gara-gara zirahmu hancur sedikit?”

Kembali ucapannya benar. Reiatsu komamura masih terasa meluap dari balik asap akibat ledakan itu.

“Biar kulihat apa yang ada di balik ember itu...” Ucap Bambietta kegirangan, seperti seorang anak yang tidak sabar untuk naik reller coaster. “eh?”

Raut wajahnya langsung berubah setelah dia melihat sosok di bawah sana. Memang benar baju zirah yang dikenakan musuhnya itu sudah hancur. Tapi, sosok itu bukan yang ingin dia lihat. Seolah ingin sekali mengatakan kalau dia salah lihat.

“Apa?” Ucapnya tidak terima. Sama sekali tidak terima. “Kau bukan lagi si guguk...”

Di bawah sana memang Komamura, Shicibantai Taichou, tapi kali ini tidak ada lagi bulu lebat di seluruh tubuhnya. Tak ada lagi gigi taring yang tumbuh dimulutnya. Tidak ada lagi cakar yang siap menerkam musuhnya. Bukan... dia bukan lagi seorang binatang. Tubuhnya sekarang sudah seperti manusia. Iya manusia, berambut cerah yang tergerai panjang. Wajahnya kini tak bisa dikatakan buruk rupa. Tidak, dia laiknya seorang pangeran dalam negeri dongeng yang siap mengalahkan penyihir jahat. Tubuh gagahnya, otot-otot besarnya, wajah tampannya, sama sekali bukan yang Bambietta lihat. Olokan “Guk guk ” sudah tidak pantas untuknya, Bambietta harus sadar kalau dia butuh olokan baru untuknya, atau, mungkin Gadis itu sudah tak bisa mengejek sang shichibantai taichou itu lagi.

Satu-satunya yang menunjukkan bila dia Komamura adalah telinganya. Telinganya masih berbulu lebat, masih tidak berubah dari Komamura dengan penampilan lama. Sorot matanya tidak berubah, masih penuh dengan keloyalan teguh yang dia yakini. Dirinya masih Komamura, jiwanya masih Komamura. Namun, tubuhnya sudah jauh lebih baik dari seorang Komamura.

Bambietta masih termenung, kepalanya masih loading menerima impuls dari syarat matanya. Komamura juga termenung. Terlihat sekali kalau ini adalah perubahan pertamanya, beruntunglah Bambietta, karena dialah Quincy pertama yang melihat sosok dibalik seorang guk-guk itu.

Penglihatan Komamura mengabur. Tidak, tidak ada yang terjadi dengan dirinya setelah berubah seperti itu. Sampai sekarang dia tidak merasakan efek sampinya. Pikirannya cuma sedikit membawa kenangan kilas balik saat dia bertemu sang leluhur di gua waktu itu

...

“Teknik Perubahan Manusia.” Ucap Komamura dengan baju yang telah lusuh, hancur, setelah menerima serangan demi serangan dari sang leluhur. “Itu nama upacara rahasia klan kita...”

“Ya...” Suara parau sang leluhur terdengar begitu menggelegar di sempitnya gua. Memantulkan gema yang sama keras seakan serigala raksasa itu mengucapkannya berulang-ulang. “Sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat sewaktu masih hidup, klan manusia-serigala kita dikirim ke semesta hewan. Tapi karena mereka belum mati, pada akhirnya mereka dikirim ke Soul Society dengan melepas rantai yang mengikat kita untuk sementara”

“Kita dapat kembali ke wujud asli kita sebelum menjadi hewan, dan memperoleh kekuatan besar...” Suara Paraunya masih tersirat disetiap ucapannya. “Itulah teknik perubahan manusia.”

“Bagaimana saya bisa melakukannya...?” Ucap Komamura antara gegabah dan gigih.

Sang leluhur tidak menjawab, dia cuma menyentuh piring besar yang ada di depannya dengan ujung kukunya. Menciptakan bunyi kelontang tak keras, namun telinga serigala Komamura dapat mendengar sejelas-jelasnya.

“Berikan jantungmu.” Ucap sang Leluhur serius. Tatapan matanya sama sekali tidak menunjukka suatu kebohongan. “Cabut jantungmu dengan tangan sendiri dan berikan padaku. Akan kuberikan teknik perubahan manusia sebagai gantinya.”

Komamura tidak menjawab, hatinya bimbang. Matanya cuma melihat tangannya yang ditumbuhi oleh kuku-kuku tajam. Ucapan sang leluhur sama sekali buka candaan belaka, bukan sebuah ocehan belaka. Dia tahu, kuku tajam itu bisa mencabut jantungnya sendiri.

“Takut?” Ucap Sang leluhur memutuskan sepihak. “Tak apa. Kau tak berkewajiban membuang nyawamu demi para shinigami bodoh itu.”

“Itu kewajiban saya.” Geram Komamura. Dia sama sekali tidak terima mendengar shinigami direndahkan seperti itu, seakan itu adalah ucapan tabu yang tak layak masuk ke lubang telinganya. “Saya tak sanggup hidup sembunyi-sembunyi, dan saya dengan memalukannya melarikan diri dari klan. Genryuusai-dono yang memungut saya. Saya berutang budi besar pada beliau... dan beliau dibunuh oleh Quincy.”

Gigi Komamura menggertak keras, tak kalah keras dengan benturan kuku sang leluhur dengan piring tadi. “Saya sudah bertekad untuk membuang rasa malu tersebut!!”

Ingatannya kembali mengabur, otaknya menghentikan kilas balik di kepalanya. Membawa kembali dirinya pada keadaan saat ini. Menghadapi Quincy yang telah membunuh shinigami yang paling dia hormati.

“Bankai!” Suaranya penuh dengan rasa bangga dan dendam. Matanya terfokus pada sosok kecil yang melayang di udara Soul Society itu, terlihat seperti pengganggu bagi mata sang Shichibantai Taichou itu. “Kokujo Tengen Myouou— Dangai Joue!!”

Pelepasan terakhir dari Zanpakutounya terlepas. Reiatsunya terpusat pada bilah zanpakutounya. Sesaat kemudian, sosok besar tercipta di belakangnya, memposisikan diri seperti Komamura. Namun, ada yang berbeda, penampilan bankainya kini berubah. Memiliki ikatan yang paling erat dibandingkan zanpakutou yang lain, sang Bankai juga meninggalkan sosok lama. Baju zirah yang dikenakan oleh sang bankai sudah tidak ada lagi di sana, kini memperlihatkan tubuh kurus nan menyeramkan, terlilit oleh tambang besar. Tanduknya masih tidak berubah, mata sang Bankai kini tidak tersembunyi lagi dari balik bayang-bayang zirah di kepalanya. Mulutnya, kini terlihat jelas begitu menyeramkan setelah kain merah penutupnya sudah terlepas. Inilah sosok Kujoku yang sebenarnya, Raja Kebijakan yang baru pun muncul seiring seiring dengan tengan tubuh baru sang tuan.

Sumber : Beelzeta

Keywords : Baca Komik Bleach Chapter 556 [Versi Teks], Spoiler Bleach Chapter 556, Baca Komik Bleach Chapter 556 Versi Teks, Baca Komik Bleach Chapter 556, Versi Teks Komik Bleach Chapter 556, Bleach.

[ 1 komentar ] Baca yang Lain atau Berkomentar

  1. http://zainal-maruf-blog.blogspot.com/2013/11/baca-komik-bleach-chapter-556-versi-teks.html

    BalasHapus

===========================================================

╔► Dilarang berkomentar Sara !
╠► Dilarang berkomentar Spam !
╠► Dilarang Menaruh Link Porno/Hentai !
╠► Dilarang Menaruh Link Aktif/Tidak Aktif ! [Kecuali Saya]
╠► Berkomentarlah dengan Sopan !
╚► Berkomentarlah sesuai dengan Artikel !

===========================================================

Terjemahkan

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Zainal Ma'ruf - Defa Purple - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -